Social Icons

Rabu, 12 September 2012

23 Developer Dapat Bantuan Fasum


PALEMBANG. PE – Tahun ini, Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) membantu penyediaan fasilitas umum (fasum) berupa pembuatan jalan dan drainase bagi developer yang membangun perumahan berbasis masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Bantuan ini diberikan kepada 23 developer dengan jumlah 4.500 unit. Masing-masing rumah akan mendapatkan bantuan Rp 6 juta untuk pembangunan fasum tersebut. Walikota Palembang, Ir H Eddy Santana Putra MT menjelaskan, saat ini Pemkot Palembang sudah menandatangani kesepakatan pelaksanaan program pengembangan kawasan bersama Menteri Perumahan Rakyat RI, Djan Faridz. “Bantuan ini berasal dari APBN 2012 yang diperuntukkan untuk prasarana, sarana dan utilitas umum (SPU) di kawasan pemukiman,” kata dia.
Sejauh ini sambung Eddy, pihaknya sudah memotori pembangunan rumah murah. Program ini direalisasikan dengan menata kawasan kumuh di Kelurahan 3-4 Ulu Palembang. Disana, pihaknya membangun rumah sebanyak 120 unit. Sehari, warga hanya membayar Rp 10 ribu. “Kami menunjuk PT SP2J (Sarana Pembangunan Palembang Jaya) untuk menjamin pembayaran kredit rumah ini. Jadi, peran SP2J ini sangat strategis untuk meminimalkan risiko kredit, hingga bank mau menerbitkan KPR bagi kelompok MBR tersebut," jelasnya.
Menurutnya, sistem manajemen yang diterapkan oleh perbankan mempersulit warga miskin untuk membuat rumah. Hal ini dikarenakan, salah satu syarat agar bisa melakukan kredit rumah tersebut, calon pemilik rumah harus memiliki pekerjaan tetap. “Rumah murah ini pada prinsipnya untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan perumahan bagi MBR yang berpenghasilan tidak tetap yang umumnya bekerja di sektor informal. Seperti buruh, pedagang pasar, tukang bangunan,” jelasnya sambil menambahkan, program rumah murah ini sudah dilaksanakan sejak setahun lalu. 
Lebih jauh dia menjelaskan, perusahaan ini pun memberikan jaminan berupa buy back guarantee terhadap rumah yang dikreditkan dengan metode membeli kembali atau melunasi jika terjadi kredit macet. “SP2J inilah yang bertugas mengumpul angsuran harian atau mingguan dari nasabah, untuk selanjutnya disetorkan kepada Bank pelaksana secara bulanan,” terangnya.
Tak hanya itu, saat ini pihaknya juga mengembangkan rumah murah dengan sistem cetak ke beberapa kecamatan di Palembang. Pengembangan rumah murah ini sudah disetujui oleh Kemenpera RI. Setidaknya ada 2.599 unit rumah sejahtera tapak T-36 yang akan dibangun Pemkot Palembang.  “Kawasan yang akan dilakukan pengembangan perumahan ini berada di Kecamatan Seberang Ulu (SU) I, Seberang Ulu II, Kertapati, Gandus, Alang-Alang Lebar, Sematang Borang dan Kecamatan Kalidoni,” katanya. 
Lebih jauh dia menjelaskan, pembangunan rumah cetak ini akan dilakukan dengan dua metode. Metode pertama, pembangunan dilakukan di kawasan kumuh. Disini, Pemkot Palembang akan membeli tanah warga untuk dibangun rumah cetak. “Setelah rumah itu di bangun, warga bekas pemilik tanah itulah yang akan menempati rumah ini. Pembayaran rumah dilakukan dengan cara kredit rumah. Metode ini kita lakukan untuk merevitalisasi kawasan kumuh di Palembang,” jelasnya.
Metode selanjutnya adalah pembukaan lahan baru. Maksudnya, penyediaan lahan dilakukan oleh warga bersangkutan. Pembangunan rumah sendiri akan dikelola PT Grand Wijaya Persada dan PT Cipta Karya Niaga. Dari sini, pemilik lahan dan pengembang perumahan akan melakukan bagi hasil. “Rumah cetak ini dinilai lebih tahan lama dan kuat dibanding rumah yang dibuat dari batako. Sebab, kerangka rumah dilakukan dengan cara pengecoran termasuk pondasi rumah. Tak hanya itu, nilai rumah cetak ini pun lebih murah dibanding rumah pada umumnya. Palembang sendiri merupakan produksi rumah cetak, hasilnya sudah digunakan di NTT, Ternate, Bengkulu, Jambi dan lainnya,” terangnya.
Untuk menunjang dan menguatkan program rumah murah ini, saat ini pihaknya sudah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) di Kelurahan Srimulya Kecamatan Sematang Borang dengan daya 2x7 mega watt. Dia menjelaskan, keberadaan PLMTG ini bisa menjadi sistem proteksi. Artinya, jika sistem terkoneksi listrik bermasalah, listrik Palembang masih bisa hidup. “Saya kira ini sangat baik untuk pemenuhan kebutuhan listrik di Palembang,” kata dia.
Pemilihan lokasi di Sematang Borang, jelas Eddy, karena potensi gas di Sematang Borang sangat besar. Selain itu, tanah yang dibangun tersebut merupakan milik Pemkot Palembang. Nantinya, pembanguan pembangkit listrik seperti itu tidak menutup kemungkinan untuk dikembangkan di daerah lain di Palembang. Setidaknya saat ini pihaknya berencana akan membangun Jakabaring dan Karyajaya. “Kita ingin Palembang terus terang, tidak ada lagi byar pet,” tuturnya. RIS

0 komentar:

Posting Komentar

Populares