Social Icons

Jumat, 07 September 2012

Kabut Asap Palembang Kiriman OI dan OKI

* Sudah Ganggu Jalur Pelayaran Air
* Per 6 September, Hotspot di Sumsel Mencapai 297 Titik

PALEMBANG. PE –
Kabut asap yang menyelimuti sebagian wilayah Palembang merupakan kiriman dari Kabupaten Ogan Ilir (OI) dan Ogan Komering Ilir (OKI).
Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas II Kenten Palembang mencatat, jumlah titik api atau hotspot di dua kabupaten per 6 September sebanyak 90 titik, rinciannya OKI ada 85 titik dan OI ada 5 titik.
    “Untuk di Sumsel sendiri mencapai 297 titik, namun kabut asap di Palembang ini merupakan kiriman dari OI dan OKI karena sifat angin saat ini bertiup dari tenggara,” jelas Kepala Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas II Kenten Palembang, Mohamad Irdham kemarin (7/9).
    Dia merincikan, hotspot di Palembang ada 1 titik, Lahat 3 titik, OKU Selatan 3 titik, OI 5 titik, OKU 6 titik, OKU Induk 10 titik, Musi Rawas 18 titik, Muara Enim 41 titik, Banyuasin 48 titik, Musi Banyuasin 75 titik dan OKI 85 titik. Meski demikian, jumlah titik api saat ini berkurang dibanding beberapa waktu lalu. Tertinggi terjadi pada 4 September lalu mencapai 587 titik dan 5 September ada 558 titik.
    “Hotspot ini dikarenakan pembakaran lahan karena musim kemarau, diprediksikan musim kemarau akan berlangsung hingga akhir Oktober mendatang. Tapi potensi hujan masih ada meskipun intensitasnya sedikit,” katanya.
    Dia menjelaskan, sifat kabut asap di Palembang bercampur dengan uap air. Artinya, kabut asap ini akan hilang jika disinari matahari. Oleh karena itu, kabut asap tersebut belum akan mengganggu aktivitas masyarakat.
    Demikian juga aktivitas penerbangan, pada pagi hari jarak pandang masih diatas 2.000 meter atau 2 kilometer. Sementara, jika di atas pukul 08.00 WIB, kabut asap akan menipis dan memperluas jarak pandang mencapai 5 kilometer.
    “Bahaya itu kalau jarak pandang di bawah 2.000 meter, namun hal itu belum terjadi. Karena jarak pandang pada pagi hari masih diatas 2.000 meter,” terang Irdham.
    Dalam kesempatan itu, dia juga menjelaskan, suhu udara di Palembang 33 derajat celcius. Kondisi ini belum masuk kategori ekstrim yang mencapai 35 derajat celcius.
    “Kita sarankan agar pembakaran lahan tidak dilakukan, karena kalau titik api meningkat tentunya akan mengganggu aktivitas masyarakat,” harapnya.
    Sebelumnya diketahui, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Palembang sudah melakukan pengecekan kualitas udara. Hasil sementara, kualitas udara diatas baku mutu lingkungan.
    “Untuk di Bundaran Air Mancur, kadar PM10 (Particulate Matter) mencapai 378 μg/NM3 sementara udara di depan kantor walikota 237 μg/NM3. Pengecekan kualitas udara dilakukan selama 4 jam dari pukul 06.00 hingga 10.00 WIB. Sementara standar baku mutu lingkungan 150 μg/NM3 dalam waktu 24 jam,” jelas Kepala Bidang Pengendalian dan Pencemaran Lingkungan BLH Kota Palembang, Novrian Fadillah.
    Sementara kabut asap yang terus terjadi beberapa minggu terakhir malah sudah mengganggu keberangkatan jalur transportasi laut ke dari Palembang ke Bangka. Meski tidak terlalu tebal, tetapi cukup membahayakan. Sehingga transportasi kapal ferry penyeberangan 35 Ilir waspada untuk tetap menjaga kestabilan.
    Diungkapkan, Juni Sasmito, Nahkoda KMP Mulia Nusantara mengatakan, penyeberangan tetap berjalan normal seperti biasa. Diakuinya musim kemarau ini baik gelombang maupun angin kencang kerap terjadi, tetapi masih dapat dikendalikan.
    “Hanya saja jarak pandang saat berlayar sekitar 200 meter, namun itu lokasinya berpindah-pindah bahkan bisa mencapai 100 meter,” jelas Juni Sasmito kepada Palembang Ekspres Jumat (7/9).
    Untungnya sambung dia, pihaknya menggunakan alat bantu radar dan JPS yang saat ini masih dalam kondisi baik sehingga pelayaran tetap berjalan seperti biasa. Kendati kendala kabut tebal seperti saat ini, pihaknya tetap melakukan jadwal keberangkatan seperti biasa.
    “Kerap terjadi adalah ketinggian gelombang yang hanya berkisar setengah meter 1 meter dan ini sudah tidak membahayakan,” katanya.
    Terjadinya gelombang besar biasanya ketika memasuki Januari hingga Maret, tapi untuk saat ini belum ada kapal yang tidak beroperasi.
    Sementara itu, Ansori, Kepala Pelabuhan dan penyeberangan 35 Ilir membenarkan saat ini sering terjadi kabut tebal, tapi pihaknya tetap menjalankan rutinitas seperti biasa dengan memberangkatkan lima kapal setiap hari sesuai jadwal yang ditentukan.
”Ada sembilan kapal yang beropersi lima yang berangkat dan empat apal yang datang,” terangnya.
    Apalagi pasca lebaran idul fitri lalu, sampai saat ini tidak ada kejadian penumpang yang tertinggal, dan saat ini kebanyakan kapal yang akan diberangkatkan itu bermuatan truk pengangkut sembako, sayur-mayur yang akan di bawa ke Wilayah Bangka belitung.
    Terpisah, Sekda Provinsi Sumsel Yusri Effendi mengatakan pihaknya segera berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan Provinsi Sumsel supaya tidak ada pembakaran dan dirinya menghimbau supaya penyebrangan berhati-hati.
    “Cepat memberikan informasi guna mengantisipasi keselamatan selama penyebrangan,“ tukasnya. RIS/DYN


0 komentar:

Posting Komentar

Populares