Social Icons

Senin, 10 September 2012

Kemarau Petani Tadah Hujan Menjerit


MARTAPURA. PE – Akibat kekeringan petani padi yang mengandalkan sawah tadah hujan sangat was-was dan menjerit.
Mereka berharap pada bulan ini hujan segera turun. Sehingga mereka langsung menggarap lahan sawahnya. Diakui faktor cuaca menjadi kendala sehingga petani terlambat tanam.
“Ini hanya terjadi pada petani yang mengandalkan sawah tadah hujan saja. Berbeda dengan sawah yang mengandalkan air irigasi tidak ada masalah. Kita berharap beberapa minggu kedepan hujan segera turun sehingga kami bisa langsung menggarap lahan persawahan,” ujar Totok (47), petani asal Bukit Napuh, Martapura.

Selain faktor cuaca, penyebab lain terjadinya terlambat tanam ketersediaan tenaga kerja. Meski bibit sudah ada, namun cuaca tetap menjadi kendala untuk melakukan cocok tanam. Menyikapi hal tersebut, tidak sedikit petani melakukan pengeboran untuk mengairi lahan sawah. Namun karena biaya tinggi ada juga petani lebih memilih menunggu hujan turun. “Kalau bagi mereka yang punya uang bisa melakukan pengeboran air. Bagi yang tidak ada seperti kami mending menunggu hujan turun baru bisa menggarap lahan sawah,” ucapnya.

Menyikapi hal tersebut, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Ir Tubagus Sunarseno melalui petugas di lapangan sudah memberikan bantuan benih dan pompa air untuk petani. “Kita sudah memberikan bantuan pompa air dan benih. Bahkan masih ada sekitar lima unit lagi pompa air yang kita standbye-kan di kantor untuk dipinjam pakaikan kepada petani,” terangnya.

Ditanya ada berapa hektar lahan sawah yang mengalami kekeringan,Tubagus tidak bisa memastikan secara rinci, namun lanjut dia, kejadian kekeringan itu hanya terjadi pada lahan sawah tadah hujan saja. “Tidak terlalu banyak, mungkin sekitar puluhan hektar saja dan itupun sifatnya hanya spot-spot dan tidak menyeluruh,” terangnya. CJ1

0 komentar:

Posting Komentar

Populares