Social Icons

Kamis, 30 Agustus 2012

Oknum Guru SDN 188 Palembang Aniaya Siswa

* 4 Siswa Jadi Korban Pemukulan

PALEMBANG. PE – Jiwa pendidik tanpa kekerasan seharusnya tertanam pada seorang guru. Namun, kerap kali aksi guru melenceng tidak mencerminkan sebagai seorang pendidik. Hal inilah yang tercermin dari tingkah laku salah satu guru yang mengajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 188 Sako Palembang. Tanpa memperhatikan posisi sebagai seorang pendidik, dirinya dengan santai menganiaya siswanya. Disayangkan, aksi pemukulan tersebut disangkut pautkan sebagai bentuk pembelajaran bagi siswanya yang nakal.

    Menurut penuturan Rusma, Wali Murid Aldi Mardiansyah (9), siswa kelas III.A SDN 188 Palembang, peristiwa ini terjadi pada Selasa (28/8) sekitar pukul 16.00 WIB. Pada saat itu kelas III.A yang masuk pada siang hari diisi dengan materi dari wali kelasnya, Clara Sihombing hingga jadwal terakhir belajar.
    Jadwal materi terakhir usai sekitar pada pukul 16.30 WIB. Namun sebelum waktu pelajaran terakhir usai, wali kelas III.A mendadak pulang dan menitipkan kelasnya kepada wali kelas III.B, Ibu Trisni Ariska.
    Karena kelas III.A tidak dipantau oleh guru, para siswa merasa bebas dan bermain, sehingga membuat keributan. Dua siswanya, yaitu Aldi Mardiansyah dan Ade keluar menuju kamar kecil.
    ”Saat anak saya beserta temannya Ade ingin masuk ke kelas, tiba-tiba teman-teman didalam kelasnya menahan pintu, sehingga kedua siswa tersebut tidak bisa masuk,” katanya sembari mengulang cerita dari sang anak, Aldi Mardiansyah saat ditemui Palembang Ekspres, dikediamannya di bilangan Sekip Ujung Palembang, Kamis (30/8).
    Akibatnya, terjadilah keributan karena kedua siswa tersebut tidak diperbolehkan masuk. Mendengar keributan tersebut, Trisni Ariska, Wali kelas III.A langsung mendatangi kelas III.B.
    Guru tersebut menanyakan kepada para siswa, siapa biang keributan. Akhirnya, salah satu siswa menuduh empat orang temannya, yaitu Aldi Mardiansyah, Ade, Gatot dan Bobby.
    Tak ayal, kaki keempat siswa tersebut langsung dipukul menggunakan mistar panjang sebanyak dua kali hingga kaki siswa terlihat memar dan bengkak.
    ”Saat saya melihat anak saya pulang dengan kondisi berjalan pincang-pincang, barulah saya tahu kalau ia beserta teman-temannya dianiaya oleh Ibu Trisni Ariska,” tuturnya.
    Ia mengatakan, kalau anak yang ditinggal guru membuat keributan dan bandel itu hal wajar, karena tidak ada pengawasan dan guru yang bertanggung jawab melepaskan tugas seenaknya saja.
    Tapi, untuk memberikan hukuman bagi siswa tidak dengan cara memberikan pemukulan seperti itu. Ada cara lain yang lebih bagus untuk mendidik, bukan malah mengarah ke penganiayaan.
    ”Kalau siswa ribut dan bandel itu hal biasa, namanya juga anak-anak masih butuh binaan. Kita selaku orang tua mempercayakan pihak sekolah untuk mendidik selama di sekolah. Apabila anak salah, tidak apa-apa diberikan hukuman, tapi tidak dengan cara seperti ini. Hukuman fisik seperti pemukulan hingga menyebabkan memar dan bengkak di kaki sudah kelewatan,” lanjutnya.
    Keesokan harinya, Rusma langsung menemui Kepala Sekolah (Kepsek) untuk meminta pertanggung jawaban dari perbuatan gurunya. Pihak Kepsek pun sudah menyatakan meminta maaf, tapi pada saat itu sang guru yang melakukan pemukulan sedang tidak berada di tempat.
    Karena tidak melihat ada itikad baik dari sang guru, Kamis (30/8), ia kembali mendatangi sekolahan untuk menemui guru tersebut. Akhirnya, antara Rusma, dan guru yang melakukan pemukulan serta perangkat sekolah lainnya bertemu dalam sebuah forum.
    Dalam forum tersebut, pelaku menceritakan kronologis kejadian pada saat itu. Dimana, ia menyalahkan siswanya yang ribut dan terkesan bandel. Bahkan, guru ini juga mengaku bahwa hanya memukul keempat siswanya sebanyak 1 kali.
    ”Berdasarkan pengakuan anak saya, ia memukul 2 kali, namun ibu Trisni Ariska malah mengaku hanya satu kali memukul. Kalau satu kali, mengapa anak saya sampai susah berjalan setelah dipukul. Sudah tiga hari berlalu, memar di kakinya saja belum hilang,” lanjutnya.
    Amarah dan tidak mau disalahkan terkesan ditonjolkan oleh guru tersebut dan lebih menyalahkan siswanya. Setelah tersudut, barulah guru tersebut meminta maaf kepada wali murid.
    ”Ibu Trisni memang minta maaf, tapi ia meminta maaf dengan terpaksa karena sudah didesak oleh para guru lain. Sebelumnya, ia malah tidak mau disalahkan, apalagi meminta maaf dengan saya,” bebernya.
    Berdasarkan salah satu narasumber yang tidak ingin disebutkan namanya, aksi kekerasan guru tersebut bukanlah kali pertama terjadi. Beberapa tahun sebelumnya, pelaku juga main tangan dengan murid di salah satu SD swasta di Palembang. Padahal, di sekolah tersebut, sang guru hanyalah menjadi guru pengawas pada saat kegiatan Ujian Nasional (UN).
    Saat diminta konfirmasi kepada Kepala Sekolah (Kepsek), beliau sedang tidak berada ditempat. Palembang Ekspres pun meminta tanggapan dari pihak Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Palembang.
    Menurut Ahmad Zulinto, Kabid TK&SD Disdikpora Palembang, sejauh ini dirinya belum mendapatkan laporan baik dari pihak UPTD kecamatan maupun pihak sekolah.
    ”Kita belum mendapatkan laporan, baru ini kita mendengar perilaku guru seperti itu di SDN 188 Palembang. Besok (hari ini.red) kemungkinan kita akan kroscek ke sekolah langsung dan menanyakan tentang peristiwa yang sebenarnya,” ungkapnya. NEF

0 komentar:

Posting Komentar

Populares